Kamis, 21 Januari 2010

P E T A N I


Pernah dalam suatu perbincangan ringan ,ada satu pertanyaan dibenak seandainya para petani kompak.Mereka kompak tidak mau menjual hasil panennya.Mereka hanya mau melakukan barter jika ada orang yang memerlukan berasnya.Silahkan kalian punya mobil,televisi dan harta benda lainnya.Sementara biarkan kami hanya punya beras dan jika kalian mau beras kami ,boleh tapi tolong tukar dengan barang kalian dengan beras kami.Bisa dibayangkan kita punya mobil ,rumah mewah tapi tidak punya beras.
Untuk itu ,mulai saat ini marilah kita bisa menghargai jerih payah petani.Karena mereka kita bisa beraktifitas ,tanpa mereka kita bisa makan apa? Bagaimana seharusnya kita menghargainya,bisa dengan cara membeli hasil panennya dengan harga yang layak,membela mereka bila harga pupuk tinggi dan langka,beri mereka fasilitas kredit tani bunga rendah dan langsung ke petani.
Namun sangat di sayangkan kita dan kalangan pengambil kebijakan seperti pemerintah masih belum mau membangun sektor pertanian secara komprehensif dan terintergrasi dengan kebijakan perindustrian serta perdagangan.Padahal keandalan sektor pertanian tidak diragukan lagi,krisis moneter tahun 1998 sektor ini menunjukan daya tahannya.
Sejak dari tahun 1998 sampai tahun 2008 sektor pertanian,peternakan dan perikanan turut berkontribusi 4,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,masih lebih tinggi kurang lebih 0,1 persen dari industri manufaktur.Sektor pertanian bisa menampung beban sebanyak 42,5 juta orang dari 108,1 juta angkatan kerja nasional bekerja di sektor ini.Potensi yang sudah lama di lirik oleh Prabowo Subianto dengan partai Gerindranya dalam menjual isu-isu kampanye ke kaum petani dan nelayan.
Maka sudah semestinya Indonesia yang sejak zaman dahulu terkenal agraris dan negara maritim ini menjadikan sektor pertanian terintegrasi sebagai lokomotif penggerak ekonomi nasional.
Kita tidak menginginkan produk pertanian kalah bersaing dengan produk pertanian impor.Kita tentunya tidak mau jeruk,apel cina lebih murah dari produk lokal,karena kalah dalam pendistribusian dan pengelolaan pasca panennya.
Sudah cukup lama bangsa kita menjadi petani tanpa merasakan keberhasilan industrialisasi pertanian.Banyak sarjana pertanian yang belum bangga menjadi petani.Kalau ini bisa kita mulai,Indonesia pasti bisa menjadi negara industri pertanian terkemuka di Dunia.Mampu membuka mata anak bangsa akan bangga bila menjadi petani dan makmur.
Jadi mereka tidak berbondong-bondong setiap tahun mencoba peruntungan untuk ikut test PNS,masalahnya apa mereka mau.....?