Kamis, 12 Maret 2009

S A B U



Barang ini memang ngangenin, bisa membuat kecanduan bagi yang doyan menikmati khususnya di pagi hari. Untuk memulai aktifitas, sebagai “bahan bakar” awal. Sabu yang dimaksud disini bukan sabu yang kita kenal sebagai bagian dari narkoba, tetapi sabu dari singkatan sarapan bubur. Banyaknya penjual yang menjual bubur dikota Pontianak, jadi bukan merupakan satu kesulitan bagi para pecandu sabu untuk menikmatinya sebagai sarapan pagi. Harganya pun sangat bervariasi dari 2000 perak sampai yang 7500 perak semangkok juga ada. Untuk kelas hotel pun menu ini biasa disajikan.
Berbahan dasarnya beras yang dimasak dengan campuran air yang takarannya cukup banyak sehingga bagian berasnya menjadi nasi encer. Menu ini sering juga digunakan untuk makanan orang yang baru sembuh dari sakit sebagai pembuka nafsu makan.
Sebagai campuran pelengkapnyapun bermacam-macam ada ikan teri dan kacang, ada suwiran daging ayam, ada potongan kecil daging sapi, bahkan ada juga memakai daging ikan kakap. Karena campuran tambahannya berbeda maka buburnya pun kadangkala diberi julukan sesuai nama dari bahan campurannya.
Bagaimana kalau yang dimaksud dengan sabu-sabu jenis narkotika? Itu bukannya mengenyangkan tetapi malahan bisa mematikan. Sabu narkotika merupakan turunan dari amfetamin. Amfetamin biasanya dikonsumsi dengan cara dibakar lalu asapnya dihirup atau kalau dalam bentuk tablet dikonsumsi dengan cara ditelan. Seseorang yang sering mengkonsumsi sabu ini secara umum akan mengalami gejala kelainan fisik, psikologis, dan sosial. Gejala fisiknya, jantungnya berdebar-debar, pupil matanya melebar,tekanan darahnya naik, keringat berlebihan, rasa kedinginan, mual dan muntah. Gejala psikologis dan sosialnya pun berubah menjadi hiperaktif, rasa gembira, merasa diri hebat dan super, agresif, dan gangguan dalam menilai realitas. Bila sesorang telah sering memakai sabu lalu tiba-tiba dihentikan maka akan muncul gejala ketagihan akibat putus amfetamin dan gejalanya menjadi murung, sedih, lelah, lesu, kehilangan semangat, mimpi yang sangat kacau, dan terakhir seperti ingin bunuh diri. Makanya barang haram ini sering digunakan oleh kalangan selebritis yang merasa terancam kepopulerannya akibat perjalanan waktu. Untuk itu bagi teman-teman jauhilah sabu yang ini selain tidak mengenyangkan tetapi malahan bisa kecanduan, ujung ujungnya penjara menunggu dan kematian akan menjemput.Kalau kepingin sabu, kita ganti saja menjadi kecanduan sarapan bubur jelas-jelas pasti mengenyangkan.
Kembali ke masalah sabu yang halal yaitu bubur, karena makanan ini mudah sekali cara membuatnya maka setiap orang pasti bisa memasaknya. Dulu ketika kami masih remaja, sering kali begadang dimalam hari, terutama pada malam minggu maupun malam liburan. Biasanya kami memasak bubur sebagai teman nongkrong dimalam hari.
Untuk bagian yang membawa beras, kami bersepakat masing-masing membawa satu canting beras. Bagi yang tidak membawa beras kebagian membawa dandang. Tidak hanya itu, ada juga yang membawa bumbu dapurnya seperti garam, sahang, bawang merah dan putih. Untuk masalah bumbu kami tidak pernah pusing.
Sekarang sebagai pelengkap tambahannya yang menjadi pikiran kami semua, karena judul buburnya adalah bubur ayam. Pertanyaannya, siapa yang harus membawa ayam? Karena tidak ada satu temanpun bisa membawa seekor ayam maka harus ada jalan keluarnya.
Apalagi di malam hari, mana ada penjual ayam yang berjualan, dengan sangat terpaksa kita gunakan ayam peliharaan tetangga. Mohon maaf saya tidak menggunakan kata mencuri, karena kasusnya ini amat sangat terpaksa.
Kami pun bergerilya mencari ayam tetangga ditengah malam itu. Ayam yang kami incar tentunya bukan ayam yang berada di kandang ayam, tetapi ayam yang tidurnya sering bertengger di atas pohon. Kebetulan sekali memang banyak ayam yang tidur diatas pohon. Sekarang yang harus dipikirkan, tinggal bagaimana cara menangkapnya? apa pohonnya harus dipanjat? Sementara begitu pohon akan dipanjat keburu ayamnya sudah berbunyi keoook..keook.
Dasar calon maling, ada saja solusinya, yaitu dengan cara ayam yang ada diatas pohon kita “jolok” dengan galah sebatang bambu yang di ujung atasnya diikat sabut kelapa berbentuk bulan sabit terbalik. Kemudian dengan galah tadi, pada dada ayam yang lagi tidur secara perlahan-lahan kita gosok-gosok dengan sabut kering diujung galah, mungkin karena merasa dadanya dielus-elus lembut sang ayampun yang tadinya tidur bertengger di dahan pohon lalu berpindah tidur ke sabut kelapa diujung galah. Karena ayamnya sudah berpindah tidur ke galah, kemudian kita bawa galah itu menjauh dari rumah tetangga seperti membawa petaka bendera. Kalau jaraknya sudah cukup aman, pelan-pelan ayam kita turunkan dan langsung tangkap mulutnya untuk segera disembelih. Maka jadilah ayam tadi menjadi korban untuk temannya sibubur.
Kemudian, apa yang terjadi keesokan harinya? Orang sekampung pada heboh, karena ada ayam hilang. Sementara itu kami semua sudah pada teler karena tidak tidur semalaman dan paginya kami seharian tertidur dengan suksesnya. Namanya juga orang tidur mana dengar ada orang ribut-ribut kehilangan ayam.
Biasanya, setelah itu setiap hari raya Idul fitri kami pun semua datang ke rumah yang punya ayam dan bercerita sebagai pengakuan dosa bahwa kami dulu pernah “minjam” ayam untuk teman bubur, mungkin karena suasana masih lebaran, mereka tidak marah lagi malahan kami dihidangkan aneka kue lebaran.
Nasibmulah.....ayam yam.

Tidak ada komentar: